Pembuatan Minyak Atsiri dari Daun dan
Batang Serai Wangi (Cymbopogonwinterianus)
Dengan Metode Distilasi Uap langsung
Amalia Rahmawati, Anggi Angraini, Nabila
Qorina F, Satrio Nugroho dan Yudia Pangesti N
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir.H.Juanda No.92 Jakarta, Indonesia
Abstrak
Kebutuhan
minyak atsiri di dunia semakin tahun semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum, kosmetik,
makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri saat ini sudah
dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia, salah satu contohnya
adalah serai wangi.
Minyak
serai wangi terbuat dari tanaman serai. Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota
suku rumput-rumputan yang dimanfaatkan sebagaibumbu dapur untuk
mengharumkan makanan. Secara umum, sereh dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
sereh dapur (lemongrass) dan sereh wangi (sitronella). Keduanya
memiliki aroma yang berbeda. Minyak sereh yang selama ini dikenal di Indonesia
merupakan minyak sereh wangi (citronella oil) yang biasanya terdapat
dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura. Minyak sereh adalah minyak atsiri yang diperoleh
dengan jalan menyuling bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak sereh dapat
digunakan sebagai pengusir (repelen) nyamuk, baik
berupa tanaman ataupun berupa minyaknya. Kandungan sereh antara lain adalah
sitronela, yang tidak disukai oleh nyamuk. Maka dari itu, sereh dapat dibuat
menjadi obat nyamuk dan serangga lainnya.
Minyak
sereh wangi didapat dari ekstrak minyak atsiri yang terdapat di bagian batang
dan daun sereh wangi. Metode pembuatan minyak sereh dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan metode destilasi dan skoletasi. Dari percobaan yang
dilakukan, hasil minyak atsiri terbanyak didapat dengan mendestilasi tanamanan
sereh secara bertingkat menggunakan pelarut aquades, sehingga didapat minyak
sereh sebanyak 60mg dari 100g tanaman sereh.
Kata
Kunci — Minyak
atsiri, Serai wangi, Cymbopogon
winterianus, Citronella,
destilasi uap langsung, sokletasi
I.
PENDAHULUAN
Minyak atsiri semakin lama
semakin dibutuhkan seiring
dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum, kosmetik,
makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris
atau minyak terbang (essential oil,
volatil oil ) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak atsiri saat ini sudah
dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia yang meliputi minyak atsiri
dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, serai wangi, kenanga, kayu putih,
cendana, lada, dan kayu manis.
Menurut
Richards (1944), minyak atsiri bisa didapatkan dari bahan-bahan diatas yang
meliputi pada bagian daun, bunga, batang dan akar. Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada
suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent
taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanamannya, umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri dalam industri
digunakan untuk pembuatan kosmetik, parfum, antiseptik,
obat-obatan, “flavoring agent” dalam
bahan pangan atau minuman dan sebagai pencampur rokok kretek serta sebagai aromatheraphy.
Dari sekian bahan atsiri
diatas yang selama ini mulai tidak dikembangkan adalah minyak atsiri dari serai
wangi, karena untuk mendapatkan minyak atsiri tersebut membutuhkan waktu yang
relatif lama. Tanaman serai dibagi menjadi tiga jenis yaitu serai wangi (Cymbopogon winterianus), serai dapur (Cymbopogon flexuosus). Pada penelitian ini digunakan serai wangi
karena sudah umum digunakan oleh peneliti – peneliti terdahulu. Selain itu juga serai wangi memiliki bau yang
khas daripada serai dapur. Karena minyak atsiri sebagai minyak untuk terapi, karena itu aroma sangat diperlukan pada percobaan
kali ini.
Pada percobaan ini, Metote destilasi dan sokletasi dilakukan agar
minyak pada sereh terpisah dari batang dan daun sereh wangi. Air digunakan sebagai
pelarut yang mrelarutkan minyak pada daun dan batang serehn wangi.
II. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu:
·
Dapat membuat minyak atsiri sereh dengan metode destilasi
uap langsung
·
Dapat menghasilkan minyak sereh dengan harga yang
ekonomis
III. METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Percobaan
dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadi (PLT) UIN syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 8-22 September 2014.
B. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah daun dan
batang serai wangi dengan kondisi serai
(segar, setengah layu dan
layu) dengan ketentuan segar (belum dalam proses pengeringan ), setengah layu
(di keringkan dengan dijemur selama semalam) dan layu (dikeringkan selama satu minggu) sedangkan perlakuan bahan dacacah atau dipotong kecil kecil. Bahan yang diperoleh dibeli langsung di pasar
tradisional.
C. Deskripsi peralatan yang Digunakan
Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan dan
pemisahan minyak atsiri serai wangi dengan metode destilasi uap dan air, yaitu :
1. Labu destilasi yang berfungsi sebagai wadah
pencampuran serai dan aquades pada saat proses destilasi berlangsung.
2. Kondensor
yang berfungsi sebagai penghubung antara labu destilasi dan Erlenmeyer untuk
mengalirkan uap. Kondensor ini dialiri air untuk menghindari kerusakan
kondensor karena suhu uap tersebut yang tinggi.
3. Erlenmeyer
100 ml yang berfungsi sebagai wadah uap hasil destilasi serai dan aquades
sebelum melakukan tahap akhir pemisahan minyak serai.
4. Statis
yang berfungsi untuk membantu menopang alat destilasi selama proses destilasi.
5. Corong
pemisah yang digunakan untuk memisahkan minyak serai wangi dengan air.
6. Kertas
saring digunakan untuk pengambilan hasil minyak serai yang didapat. Kertas
saring digunakan karena hasil minyak serai yang tidak banyak dan posisi minyak
yang menempel pada corong pemisah.
7. Alat
pemanas yang digunakan untuk memanaskan serai yang bercampur dengan aquades
agar menghasilkan uap.
8. Aluminium
foil untuk menutup bagian yang menghubungkan kondensor dengan Erlenmeyer serta
kondensor dengan labu destilasi.
9. Vaselina
digunakan untuk membuat ujung alat destilasi
menjadi licin, agar dengan mudah dilepas.
10. Sentrifuge
berfungsi sebagai alat untuk memisahkan air dan minyak.
Selain alat destilasi yang digunakan pada
percobaan ini juga digunakan sokletasi. Alat ini memiliki fungsi yang hampir
sama dengan alat destilasi hanya saja pada alat ini posisi kondensor tegak
keatas sehingga hasil destilasi mengalir naik turun pada kondensor.
D. Prosedur Kerja
· Percobaan pertama
· Percobaan pertama
Serai dicacah menjadi potongan yang lebih kecil, kemudian batang dan daun sereh yang telah dipotong-potong
ditimbang sebanyak
200 gram. Daun dan
batang yang telah ditimbang tersebut dimasukkan pada labu distilasi dengan penambahan aquades
sebagai pelarut. Kemudian
sereh dan aquadest dipanaskan pada labu destilasi dan
mengatur daya sesuai dengan variabel suhu. Destilat ditampung dalam
Erlenmeyer lalu ditunggu sampai
rendemen keluar. Hasil rendemen ditaruh dalam beaker glass dan ditutup dengan
aluminium foil lalu disimpan.
·
Percobaan kedua
Pada
percobaan kedua serai dalam kondisi telah dipotong dan dikeringkan sealama satu
malam kemudian serai ditimbang sebanyak
100 gram. Setelah ditimbang di masukan kedalam labu destilasi namun pada
percobaan kedua air yang digunakan adalah air hasil destilasi sebelumnya yang telah tercampur dengan serai. Lalu
destilat dibiarkan mengalir ke Erlenmeyer. Setelah hasil destilat keluar, hasil destilat tersebut
ditaruh didalam corong pisah lalu dikocok kocok dan dibiarkan selama semalam
agar minyak dan air terpisah. Kemudian
karena minyak serai yang dihasilkan tidak banyak digunakan kertas saring untuk membuktikan
adanya minyak serai yang dihasilkan.
·
Percobaan ketiga
Percobaan
ketiga serai dalam kondisi telah dikeringkan selama satu minggu, kemudian
ditimbang sebanyak 50 gram . lalu dilakukan proses sokletasi selama 2 jam dan hasil ekstraksi yang diperoleh
dimasukan kedalam sentrifuge untuk memisahkan air dan minyak.
I. IV HASIL PERCOBAAN
DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Pengamatan
A. Distilasi
dengan Pelarut aquades
·
Berat Sereh :
100 gr
·
Aquades : 200 mL
·
Lama Distilasi :
1,5 jam
·
Hasil Minyak :
-
B. Distilasi
dengan Pelarut Air rebuasan Sereh
·
Berat Sereh :
100 gr
·
Air rebusan sereh : 200 mL
·
Lama Distilasi :
2 jam
·
Hasil Minyak :
60 mg
C. Sokletasi
dengan Pelarut Aquades dan sereh yang telah dikeringkan
·
Berat Sereh :
50 gr
·
Aquades :
200 mL
·
Lama Sokletasi :
2 jam
·
Hasil Minyak :
-
1.2
Pembahasan
A. Pengaruh Efek Kondisi dan Perlakuan Bahan
Terhadap Banyaknya Hasil Rendemen Minyak Serai Wangi
Berdasarkan
hasil percobaan terlihat bahwa terdapat kecenderungan kenaikan banyaknya minyak
minyak serai wangi mengenai pengaruh kondisi dan perlakuan bahan baku yaitu
pada daun dan batang serai wangi, kondisi bahan yang menghasilkan rendemen
besar adalah saat kondisi bahan telah dijemur selama 1 minggu dibandingkan dengan
kondisi bahan segar dan dijemur semalam. Jadi kondisi dan perlakuan bahan
tersebut bisa meningkatkan banyaknya rendemen minyak atsiri sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa proses pelayuan bertujuan untuk mengurangi
kadar air dalam kelenjar bahan,
sehingga proses ekstraksi
lebih mudah.
B. Pengaruh Efek Bagian Terhadap Banyaknya Rendemen Minyak Serai Wangi
Berdasarkan hasil percobaan bahwa efek bagian yang menghasilkan rendemen yang besar yaitu
pada bagian daun dibanding pada bagian batang. Data ini berdasarkan percobaan pertama dan kedua, pada
percobaan pertama hanya batang serei wangi saja yang digunakan sedangkan pada
percoban kedua menggunakan btang dan daun sereh. Hasilnya pada percobaan
pertama tidak menghasilkan minyak serai sama sekali sedangkan pada percobaan
kedua menghasilkan minyak sereh sebanyak 60 mg . Hal ini sesuai literatur bahwa rendemen atsiri
pada serai terbanyak ada pada daun dibanding batang.
IV. V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan dari hasil penelitian proses
pengambilan minyak atsiri dari daun dan batang serai wangi dengan metode
distilasi uap dan air adalah sebagai berikut :
1. Pada
pengambilan minyak atsiri dari daun dan batang serai wangi (Cymbopogon winterianus) menggunakan
metode distilasi uap minyak yang dihasilkan sebanyak 60mg dari 100gram yaitu
sekitar 0.06%.
2. Pengaruh
kondisi bahan dari daun dan batang serai wangi yang menghasilkan rendemen yang
tinggi adalah saat kondisi bahan layu atau kering
dibandingkan segar.
3. Pengaruh bagian dari sereh wangi
adalah pada bagian batang dan daun menghasilkan rendemen lebih banyak
dibandingkan bagian batang saja.
4.
Pengaruh aroma yang paling banyak terdapat pada bagian
batang dibandingkan dengan bagian daun.
DAFTARPUSTAKA
E, Guenther. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Penerjemah
Ketaren S. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Furianto, Yuni
Eko, dkk. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon
winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air dengan
Pemanasan Microwave. Institut Teknologi sepuluh Nopember. Vol.
2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539.
Ghifary, Hilman. 2007. Analisa Proses Penyulingan Minyak Atsiri Daun
Serai Wangi (Citronella) Menggunakan
Metode Uap Langsung. Laboratorium Teknik Prosesing Hasil Pertanian
Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya: Malang.
H, Novita Setya, dkk.
2012. Proses
Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun Nilam Dengan Pemanfaatan Gelombang
Mikro (Microwave). Institut Teknologi sepuluh Nopember. Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012)
ISSN: 2301-9271 F-25.
R. Arswendiyumna. 2010. Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Tanaman Dua Spesies Genus
Cymbopogon, Famili Gramineae Sebagai Insektisida Alami dan Antibakteri.
Surabaya : Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Richards, W. F. 1994. Perfumer's Hand Book and Catalog, New York: Fritzsche Brother Inc.